SIKAP MENTAL POSITIF
SMP yang saya maksud bukan kepanjangan dari Sekolah Menengah Pertama, tapi Sikap Mental Positif.
Kata-kata, seperti tidak bisa, susah, payah, adalah pernyataan yang
menularkan rasa pesimis. Kata-kata dan pernyataan seperti itu hanya bisa
diucapkan setelah sesuatu itu dilakukan berulang-ulang dengan gigih.
“Kalau dalam pelajaran Ilmu Pasti (matematika), sesulit apapun sesuatu
soal, pasti ada jawabannya,” demikian kata guru saya.
Saya
membaca sebuah buku panduan yang bermuatan materi pengkaderan yang
menjelaskan Sikap Mental Positif. Ilustrasinya sangat sederhana, ketika
anda ditanya bagaimana kabar? Kalau jawaban anda payah, susah, maka itu
adalah sikap mental negatif. Bahkan jawaban “biasa” termasuk sikap
mental negatif, sebab “biasa” mengandung arti tidak ada kemajuan, tetap
begitu saja, sama dengan kemarin, tidak beranjak maju.
Pada
saat seseorang pada hari ini tidak mengetahui sesuatu ilmu, kemudian
besoknya dia sudah menambah satu pengetahuan, entah dari membaca,
berdiskusi, maka artinya dia sudah ada peningkatan. Apalagi
pengetahuannya sudah dipraktekan untuk kepentingan masyarakat. Dia tidak
sama lagi dengan kemarin. Berarti dia sudah mempraktekan sikap mental
positif.
Sebuah kisah mengenai seorang penjaga gawang
kesebelasan sepak bola yang sudah dijelaskan oleh dokter bahwa umurnya
hanya sisa beberapa hari lagi. Besoknya sang penjaga gawang memperkuar
kesebelasannya. Tetap saja dia berusaha bermain sebaik mungkin, walaupun
dia tahu bahwa umurnya hanya sisa beberapa hari. Itu namanya Sikap
Mental Positif.
Kita mungkin terheran-heran setelah mengetahui
bahwa Pahlawan Nasional Tan Malaka yang berkeliling dunia bukan
melakukan darmawisata karena kelebihan uang, tapi berjuang untuk
kemerdekaan bangsanya. Ketika pulang ke Indonesia beliau dapat menulis
buku tebal (Madilog). Buku tersebut bukan ditulis pakai mesin komputer
atau laptop sambil diiringi lagu merdu, tapi ditulis dengan pena dan
alat penerangan lampu botol. Kalau kehabisan uang makan, Tan Malaka
pergi bekerja sebagai kuli bangunan. Tan Malaka orang yang bersikap
mental positif.
Buya Hamka dalam penjara sanggup menulis Tafsir
Azhar berjilid-jilid. Dan Hamka sangat bersyukur masuk penjara, karena
kalau di luar penjara disebabkan kesibukan lain, tafsir Al Azhar
ditaksir harus diselesaikan dalam tempo 20 tahun. Hamka juga orang yang
bermental positif.
Mungkin saja ada yang berargumentasi bahwa
terbentuknya watak generasi 28 dan 45 itu disebabkan tantangan dan
himpitan zaman. Boleh saja argumentasi itu, dan ada benaranya. Tapi yang
harus jujur diakui bahwa para pendahulu kita adalah manusia-manusia
yang tahu makna dari Sikap Mental Positif. Bukan generasi super mi, mau
gampangnya, mau enaknya, mau cepat dan tidak mau capek.
Untuk
membangun negeri ini bukan hanya diperlukan kecerdasan intelektual, tapi
sikap mental positif dari semua elemen sangat diperlukan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar